Halaman

Senin, 05 Januari 2015

Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Profil

Visi

“Menjadikan lembaga pendidikan tinggi yang terbaik dalam bidang kajian Sains dan Teknologi  di kawasan Asia Tenggara yang berlandaskan IPTEK dan IMTAK pada tahun 2013.”

Misi
  • Menghasilkan SDM yang berwawasan  dan profesional dalam bidang Sains dan Teknologi yang terpadu dengan nilai keislaman.
  • Menghasilkan penelitian keilmuan Sains dan Teknologi yang terdepan di Asia Tenggara.
  • Memberikan pelayanan dan pengbdian terbaik pada masyarakat dan industri di bidang Sains dan Teknologi.

Tujuan

Tujuan pendirian Fakultas Sains dan Teknologi  Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau adalah untuk menghasilkan sarjana muslim yang berakhlak mulia yang memiliki kemampuan akademik dan profesional dibidang Sains dan Teknologi yang berwawasan keislaman  dalam mengembangkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan keseharian baik di masyarakat maupun bangsa.

Pimpinan FST

Dekan

Dra. Hj. Yenita Morena, M.Si


Wakil Dekan I
Dr. Teddy Purnamirza, ST, M.Eng

Wakil Dekan II
Drs. Martius, M.Hum

Wakil Dekan III
Dr. Okfalisa, ST, M.Sc

Kepala Bagian Tata Usaha
Drs. Darul Khutni

Kasubag Administrasi Umum
Erni, S.Sos, MM

Kasubag Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan

Dra. Hj. Rosidah

Kontak

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI 
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIM KASIM RIAU
Kampus Raja Ali Haji
Gedung Fakultas Sains & Teknologi UIN Suska Riau
Jl.H.R.Soebrantas No.155 KM 18 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293
email : fst@uin-suska.ac.id

Letak Geografis Kampus UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Pekanbaru adalah Ibukota Propinsi Riau. Bagi sebahagian orang kota ini merupakan salah satu kota masa depan di pulau Sumatera. Asumsi itu diangkat mengingat letaknya berada dalam sebuah jalur perdagangan padat di Asia Tenggara. Letak geografisnya yang hanya 1 jam penerbangan dari Singapura, 1 jam 30 menit dari Kuala Lumpur, atau 30 menit dari penerbangan dari Medan menjadikan kota ini menjadi ‘trading hub‘ yang sangat menjanjikan pada masa datang. Seperti ibu kota propinsi lainnya di Indonesia. Pekanbaru menjadi daya tarik yang sangat kuat bagi penduduk Riau dan luar Riau untuk bermigrasi ke kota ini, salah satunya untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.

UIN Sultan Syarif Kasim Riau memiliki dua kampus yaitu :

  • Kampus I Jln. K.H. Ahmad Dahlan yang disebut juga dengan kampus “ Tuanku Tambusai ”.


  • Kampus II di Jln. H. Soebrantas KM. 15 yang disebut juga dengan kampus “ Raja Ali Haji ”.

Kedua Lokasi ini mudah di jangkau dengan menggunakan Sepeda Motor, Mobil dan Angkutan Kota.


Biaya pendidikan untuk melanjutkan study pada perguruan tinggi di UIN Sultan Syarif Kasim Riau relatif murah bila dibandingkan dengan beberapa perguruan tinggi lainnya yang ada di kota Pekanbaru. Gedung Perkuliahan dan perkantoran Modern UIN Sultan Syarif Kasim telah memiliki beberapa gedung Perkuliahan dan Perkantoran berarsitektur campuran Eropa dan Persia yang dilengkapi dengan fasilitas yang memadai.

Sejarah UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau selanjutnya disebut sebagai UIN Suska Riau merupakan pengembangan/peningkatan status pendidikan dari Institut Agama Islam Negeri Sultan Syarif Qasim (IAIN Susqa) Pekanbaru. IAIN Susqa Pekanbaru didirikan pada tanggal 19 September 1979 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama RI No. 194 Tahun 1970. Awal berdirinya, IAIN Susqa hanya memiliki tiga fakultas, Tarbiyah, Syari’ah dan Ushuluddin. Masa selanjutnya, IAIN Susqa terus berkembang dengan bertambahnya jumlah fakultas dan berbagai sarana lainnya, seperti pada tahun 1997 dibuka Program Pascasarjana dan Fakultas Dakwah pada tahun 1998.

Dalam rangka menyongsong diberlakukannya otonomi daerah,pembukaan berbagai program study terus berlanjut pada tahun- tahun berikutnya, apalagi sejak diberlakukannya konsep “ IAIN with wider mandate” atau IAIN dengan mandate yang diperluas. Artinya, IAIN tidak lagi hanya mengembangkan Ilmu pengetahuan agama, tetapi juga mengembangkan ilmu-ilmu sosial, humaniora, dan eksakta dengan memantapkan prinsip integralisme ilmu pengetahuan dengan Islam. Dalam konteks pengembangan di atas, IAIN Susqa berupaya meningkatkan statusnya menjadi Universitas Islam Negeri ( UIN ) Sultan Syarif Kasim Riau sebagai satu-satunya perguruan tinggi Islam Negeri di Bumi Lancang Kuning. Upaya peningkatan status institute menjadi universitas didasari oleh munculnya kesadaran di kalangan umat Islam terhadap paradigma pendidikan modern, terutama integralisme ilmu dengan Islam dalam rangka antisipasi tuntutan dunia global yang dapat berimplikasi terhadap penyimpangan nilai-nilai atau norma agama dan budaya Islam.

Jika tetap sebagai sebuah institut, degan sifatnya yang masih tradisional, serta belum berorientasi kepada social expectation, maka IAIN tidak akan mampu berbuat banyak untuk memenuhi kebutuhan pembangunan dan keperluan umat, dalam mengarungi kehidupan modern yang penuh dengan tantangan global. Wacana ini bergulir berturut-turut dalam Dialog Ulama dan Cendikiawan se-Provinsi Riau (1996, 1997,1998) yang merekomendasi agar IAIN Susqa Pekanbaru membuka bidang study baru.Terakhir, Dialog Ulama dan Cendikiawan se-Provinsi Riau 1999 merekomendasikan agar IAIN Susqa Pekanbaru ditingkatkan statusnya menjadi universitas.

Peningkatan status IAIN Susqa menjadi UIN Suska Riau telah mendapatkan respon yang positif, terutama dengan dikeluarkannya SK Gubernur Riau Nomor Kpts. 521/X/2002 tanggal 24 Oktober 2002 tentang penetapan perubahan status IAIN Susqa menjadi UIN Suska Riau dan akan memberikan dukungan dana melalui APBD Provinsi Riau sesuai dengan kemampuan daerah, dan SK Pimpinan DPRD Prov. Riau. No. 12/Kpts/Pimp/DPRD/2002 tentang Penetapan Dukungan Peningkatan Status IAIN Susqa menjadi UIN Suska dan pemberian dukungan dana melalui APBD Riau sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Peningkatan status ini telah direkomendasikan oleh Menteri Agama RI kepada Menteri Pendidikan Nasional dengan No.MA/266/2002 tanggal 19 Juli 2002.

Pada tahun 2002 dibentuk pula Fakultas Sains dan Tekhnologi, Fak. Ekonomi, Fak. Psikologi, dan Fak.Peternakan. Fakultas-fakultas tersebut hadir dalam rangka menghadapi proses peningkatan stasus IAIN Susqa menjadi UIN Suska Riau untuk menampung program study (prodi) yang baru yang telah dimulai pada tahun 1998, seperti prodi Psikologi pada Fakultas Tarbiyah, Manajemen dan Manajemen Perusahaan (D.3) pada Fak. Syari’ah, serta Teknik Informatika, Teknik Industri, Komunikasi, dan Pers Grafika pada Fak. Dakwah.

Perjalanan panjang proses peningkatan status IAIN Susqa Pekanbaru menjadi UIN Suska Riau akhirnya terwujud dengan terbitnya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2005 tanggal 4 Januari 2005 tentang perubahan Institut Agama Islam Negeri Sulthan Syarif Qasim Pekanbaru menjadi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Agama RI Nomor 8 tahun 2005 UIN Suska memiliki 8 fakultas, yaitu : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum, Fakultas Ushuluddin, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Fakultas Sains dan Tekhnologi, Fakultas Psikologi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, dan Fakultas Pertanian dan Peternakan.

Sejak berdirinya IAIN Susqa sampai menjadi UIN SUSKA hingga sekarang ini telah beberapa kali mengalami pergantian pimpinan, sebagai berikut :

  • Prof. H. Ilyas Muh. Ali (1970-1975)
  • Drs. Moerad Oesman (1975-1979)
  • Drs. Soewarno Ahmady (1979-1987)
  • Drs.H. Yusuf Rahman, M.A (1987-1996)
  • Prof.Dr. H.R.Amir Lutfi (1996-2005)
  • Prof. Dr. H.M. Nazir (2005-2014)
  • Prof. Dr. Munzir Hitami, MA (2014 - Sekarang)

Tenaga pengajar pada Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim terdiri dari dosen tetap, dosen tidak tetap, dosen kontrak, dosen mitra dan dosen luar biasa. Jumlah dosen tetap adalah 441 orang dan dosen tidak tetap berjumlah 168 orang. Hampir seluruh tenaga pengajar UIN Sultan Syarif Kasim memiliki kompetensi yang memadai : bergelar Doktor 34 orang dan memiliki jabatan guru besar 14 orang, 419 orang bergelar Magister dan sisanya bergelar sarjana.

Visi UIN Sultan Syarif Kasim Riau menggambarkan profil kelembagaan yang di proyeksikan untuk mencetak lulusan dengan kapasitas keilmuan yang memadai disatu sisi dan memiliki tingkat pemahaman dan pengalaman Islam yang komprehensif di sisi lain. Dalam konteks demikian UIN Sultan Syarif Kasim Riau menawarkan model pendidikan dan kajian yang mengintegrasikan dan menginterkoneksikan study keislaman dan keilmuan bagi peradaban.

Rabu, 30 April 2014

Fungsi Pokok Kepemimpinan dan Syarat-Syarat Menjadi Pemimpin Yang Baik

Fungsi Pokok Kepemimpinan

Menurut Hadari Nawawi, secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
a. Fungsi Instruktif.
Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana(waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif.Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah.
b. Fungsi konsultatif.
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.
c. Fungsi Partisipasi.
Dalam menjalankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dlam melaksnakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing.
d. Fungsi Delegasi
Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggungjawab.
Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin seorang diri.
e. Fungsi Pengendalian.
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuana bersama secara maksimal. Dalam
melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.


Syarat-Syarat Pemimpin yang Baik 

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa seorang yang tergolong sebagai pemirnpin adalah seorang yang pada waktu lahirnya yang berhasil memang telah diberkahi dengan bakat-bakat kepemimpinan dan karirnya mengembangkan bakat genetisnya melalui pendidikan pengalaman kerja. 

Pengambangan kemampuan itu adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus dengan maksud agar yang bersangkutan semakin memiliki lebih banyak ciri-ciri kepemimpinan. 

Menurut Ordway Tead (dalam Kartini Kartono, 1994:38) mengemukakan kemampuan dan sifat pemimpin sebagai berikut:

a. Energi jasmani dan mental, yaitu pemimpin mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga yang istimewa. Demikian juga didukung dengan semangat juang, motivasi kerja, disiplin, dan kesabaran.
b. Kesadaran akan tujuan dan arah, yaitu pemimpin memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran dan kegunaan dari semua perilaku yang dikerjakan pemimpin tahu persis kemana arah yang akan ditujunya dan memberi manfaat bagi dirinya dan kelompok.
c. Antusiasme, yaitu pekerjaan yang dilakukan dan tujuan yang akan dicapai membangkitkan, optimisme, dan semangat besar pada pribadi pemimpin maupun anggota kelompok.
d. Keramahan dan kecintaan, yaitu kasih sayang dan dedikasi pemimpin bisa menjadi tenaga penggerak yang positif untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang menyenangkan bagi semua pihak. Sedangkan keramahan juga memberikan pengaruh pemimpin dalam mencapai tujuan.
e. Integritas, yaitu dengan segala ketulusan hati dan kejujuran, pemimpin memberikan ketauladanan, agar dia patuhi dan diikuti oleh anggota kelompoknya.
f. Penguasaan teknis, yaitu pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu, agar ia mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya.
g. Ketegasan dalam mengambil keputusan, yaitu mengambil keputusan secara tepat, tegas, dan cepat sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya.
h. Kecerdasan, yaitu kemampuan pemimpin untu melihat dan mematuhi dengan baik, mengerti sebab dan akibat kejadian, menemukan hal-hal yang krusial, dan cepat menemukan cara-cara penyelesaiannya dalam waktu yang singkat.
i. Keterampilan mengajar, yaitu pemimpin harus mampu menuntun, mendidik, mengarahkan, mendorong, dan menggerakkan anak buahnya atau anggotanya untuk berbuat sesuatu.
j. Kepercayaan, yaitu bahwa para anggota pasti dipimpin dengan baik, dipengaruhi secara positif dan diarhkan pada sasaran-sasaran yang benar.

Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para ahli mengenai syarat-syarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, akan tetapi beberapa di antaranya yang terpenting adalah sebagai berikut : 
a) Pendidikan umum yang luas. 
b) Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang genoralist yang baik juga. 
c) Kemampuan berkembang secara mental 
d) Ingin tahu 
e) Kemampuan analistis 
f) Memiliki daya ingat yang kuat 
g) Mempunyai kapasitas integratif 
h) Keterampilan berkomunikasi 
i) Keterampilan mendidik 
j) Personalitas dan objektivitas 
k) Pragmatismo 
l) Mempunyai naluri untuk prioritas 
m) Sederhana 
n) Berani 
o) Tegas dan sebagainya. 

Teori Kepemimpinan dan Tipe-tipe Kepemimpinan

a. Teori Genetie 
Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan "leaders are born and not made". bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin akan karena ia telah dilahirkan dengan bakat pemimpin.Dalam keadaan bagaimana pun seorang ditempatkan pada suatu waktu ia akn menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin. 

b. Teori Sosial 
Jika teori genetis mengatakan bahwa "leaders are born and not made", make penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu : 
               "Leaders are made and not born". 

Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.

c. Teori Ekologis 
Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori sosial. Penganut-ponganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori genetis dan teori sosial dan dapat dikatakan teori yang paling baik dari teori-teori kepemimpinan.Namun demikian penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik. 


Pada umumnya para pemimpin dalam setiap organisasi dapat diklasifikasikan menjadi lima type utama yaitu sebagai berikut :

a. Tipe pemimpin demokratis 

Tipe pemimpin ini menganggap bahwa pemimpin adalah merupakan suatu hak. Ciri-ciri pemimpin tipe ini adalah sebagai berikut : 

a. Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi 
b. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi. 
c. Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-mata 
d. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena dia menganggap dialah yang paling benar. 
e. Selalu bergantung pada kekuasaan formal 
f. Dalam menggerakkan bawahan sering mempergunakan pendekatan (Approach)    yang mengandung unsur paksaan dan ancaman. 

Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe mimpinan otokratis tersebut di atas dapat diketahui bahwa tipe ini tidak menghargai hak-hak dari manusia, karena tipe ini tidak dapat dipakai dalam organisasi modern 

b. Tipe kepemimpinan militeristis 

Perlu diparhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dalam organisasi militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe militeristis. 

Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : 
a. Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah mencapai tujuan digunakan sebagai alat utama. 
b. Dalam menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan jabatannya. 
c. Sonang kepada formalitas yang berlebihan 
d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan 
e. Tidak mau menerima kritik dari bawahan 
f. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan. 

Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe pemimpin militeristis jelaslah bahwa tipe pemimpin seperti ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.

c. Tipe pemimpin fathernalistis 

Tipe kepemimpinan fathernalistis, mempunyai ciri tertentu yaitu bersifat fathernal atau kebapakan. Pemimpin seperti ini menggunakan pengaruh yang sifat kebapakan dalam menggerakkan bawahan mencapai tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan sifat terlalu sentimentil. 

Sifat-sifat umum dari tipe pemimpin paternalistis dapat dikemukakan sebagai berikut: 
a. Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa. 
b. Bersikap terlalu melindungi bawahan 
c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan. Karena itu jarang dan pelimpahan wewenang. 
d. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya tuk mengembangkan inisyatif daya kreasi. 
e. Sering menganggap dirinya maha tau. 

Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat diperlukan. Akan tetapi ditinjau dari segi sifar-sifar negatifnya pemimpin faternalistis kurang menunjukkan elemen kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya 

d. Tipe kepemimpinan karismatis 

Sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menamukan sebab-sebab mengapa seorang pemimin memiliki karisma. Yang diketahui ialah tipe pemimpin seperti ini mampunyai daya tarik yang amat besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar. Kebanyakan para pengikut menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin seperti ini, pengetahuan tentang faktor penyebab Karena kurangnya seorang pemimpin yang karismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers), perlu dikemukakan bahwa kekayaan, umur, kesehatan profil pendidikan dan sebagainya. Tidak dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin karismatis. 

e. Tipe Kepemimpinan Demokratis 

Dari semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan demokratis dianggap adalah tipe kepemimpinan yang terbaik. Hal ini disebabkan karena tipe kepemimpinan ini selalu mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan individu.
Beberapa ciri dari tipe kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut: 
a. Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia. 
b. Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan organisasi. 
c. Senang menerima saran, pendapat dan bahkan dari kritik bawahannya. 
d. Mentolerir bawahan yang membuat kesalahan dan berikan pendidikan kepada bawahan agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas, inisyatif dan prakarsa dari bawahan. 
e. Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan. 
f. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya. 
g. Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin. 
h. Dan sebagainya. 

Dari sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tipe demokratis, jelaslah bahwa tidak mudah untuk menjadi pemimpin demokratis.

Kepemimpinan Formal dan Kepemimpinan Informal

Dalam setiap organisasi selalu terdapat hubungan formal dan hubungan informal. Hubungan formal melahirkan organisasi formal dan hubungan informal melahirkan organisasi informal. Kepemimpinan formal adalah kepemimpinan yang resmi yang ada pada diangkat dalam jabatan kepemimpinan. 

Pola kepemimpinan tersebut terlihat pada berbagai ketentuan yang mengatur hirarki dalam suatu organisasi. Kepemimpinan formal tidak secara otomatis merupakan jaminan akan diterima menjadi kepemimpinan yang "sebenarnya" oleh bawahan. Penerimaan atas pimpinan formal masih harus diuji dalam praktek yang hasilnya akan terlihat dalam kehidupan organisasi apakah kepemimpinan formal tersebut sekaligus menjadi kepemimpinan nyata.

Kepemimpinan formal sering juga disebut dengan istilah headship. Kepemimpinan formal tidak didasarkan pada pengangkatan. Jenis kepemimpinan ini tidak terlihat pada struktur organisasi. 

Efektivitas kepemimpinan informal terlihat pada pengakuan nyata dan penerimaan dalam praktek atas kepemimpinan seseorang. Biasanya kepemimpinan informal didasarkan pada beberapa kriteria diantaranya adalah sebagai berikut : 

1. Kemampuan "memikat" hati orang lain. 
2. Kemampuan dalam membina hubungan yang serasi dengan orang lain. 
3. Penguasaan atas makna tujuan organisasi yang hendak dicapai. 
4. Penguasaan tentang implikasi-implikasi pencapaian dalam kegiatan-kegiatan operasional. 
5. Pemilihan atas keahlian tertentu yang tidak dimili ki oleh orang lain. 

Telah dikemukakan bahwa tidak ada pemimpin tanpa adanya pihak yang dipimpin. Pemimpin timbul sebagai hasil dari persetujuan anggota organisasi yang secara sukarela menjadi pengikut. Pemimpin sejati mencapai status mereka karena pengakuan sukarela dari pihak yang dipimpin. 

Seorang pemimpin harus mencapai serta mampertahankan kepercayaan orang lain. Dengan sebuah surat keputusan, maka seseorang dapat diberikan kekuasaan besar tetapi hal tersebut tidak secara otomatis membuatnya menjadi seorang pemimpin dalam arti yang sebenarnya. 

Di bawah ini akan dikemukakan perbedaan antara pemimpinan dengan non pemimpin. 

Pemimpin: 
1. Memberikan inspirasi kepada bawahan 
2. Menyelesaikan pekerjaan dan mengembangkan bawahan 
3. Memberikan contoh kepada bawahan bagaimana melakukan pekerjaan 
4. Menerima kewajiban-kewajiban 
5. Memperbaiki segala kesalahan atau kekeliruan. 

Non Pemimpinan : 
1. Memberikan dorongan kepada bawahan 
2. Menyelesaikan pekerjaan dan mongorbankan bawahan 
3. Menanamkan perasaan takut pada bawahan dan memberikan ancaman. 
4. Melimpahkan kewajiban kepada orang lain. 
5. Melimpahkan kesalahan kepada orang lain dengan apabila terdapat kekeliruan atau penyimpangan-penyimpangan. 

Kepemimpinan

Suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan. kepemimpinan adalah bakat dan atau sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin. Kepemimpinan membutuhkan penggunaan kemampuan secara aktif untuk mempengaruhi pihak lain dan dalam wujudkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan lebih dahulu. Dewasa ini kebanyakan para ahli beranggapan bahwa setiap orang dapat mengembangkan bakat kepemimpinannya dalam tingkat tertentu.

Banyak definisi kepemimpinan yang dikemukakan para ahli, beberapa diantarnya dapat dikemukakansebagai berikut:

1. Ordway Tead (dalam Kartini Kartono, 1994:49)
Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2. George R. Terry (dalam Kartini Kartono, 1994:49)
Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok.

3. K. Hemphill (dalam M. Thoha, 1996:227)
Kepemimpinan adalah suatu inisiatif untuk bertidak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama.

4. Prof. Kimball Young (dalam Kartini Kartono, 1994:50)
Kepemimpinan adalah bentuk dominasi didasari kemauan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain unuk berbuat sesuatu, berdasarkan akseptasi atau penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus.

5. Moejiono (2002) 
Kepemimpinan tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang kepemimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin.

Dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu, bawahan dipimpin dari bukan dengan jalan menyuruh atau mondorong dari belakang. Masalah yang selalu terdapat dalam membahas fungsi kepemimpinan adalah hubungan yang melembaga antara pemimpin dengan yang dipimpin menurut rules of the game yang telah disepakati bersama. Mendalami masalah kepemimpinan sebenarnya ada dua pendapatyang saling tarik menarik. Yaitu antara apakah pemimpin itu dilahirkanatau pemimpin itu dibentuk dan ditempa. Pandangan pertama, berkisar pada pendapat bahwa seorang hanya akan menjadi pemimpin yang efektif karena dia dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan. Sedangkan pandangan kedua, berkisar pada pendapat yang mengatakan bahwa efektifitas kepemimpinan seseorang dapat dibentuk dan ditempa. Sehingga diantara para ahli muncul pendikotomian pandangan tentang asal usul pimpinan. Paradigma ilmiah yang paling dapat dipertanggungjawabkan adalah yang terdapat diantara kedua pandangan yang ekstrem itu.
Unsur-unsur yang ada pada kepemimpinan menurut Hadari Nawawi (1995:15) adalah:

1. Adanya seseorang yang berfungsi memimpin, yang disebut pemimpin.
2. Adanya oang lain yang dipimpin.
3. Adanya kegiatan menggerakkan orang lain, yang dilakukan dengan mempengaruhi dan mengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya.
4. Adanya tujuan yang hendak dicapai, baik yang dirumuskan secara sitematis maupun bersifat sukarela.
5. Berlangsung berupa proses didalam kelompok atau organisasi, baik besar maupun kecil, dengan banyak maupun sedikit orang yang dipimpin.

Kepemimpinan merupakan unsur kunci dalam menentukan efektivitas maupun tingkat produktifitas suatu organisasi.Seseorang pemimpin selalu melayani bawahannya lebih baik dari bawahannya tersebut melayani dia.Pemimpin memadukan kebutuhan dari bawahannya dengan kebutuhan organisasi dan kebutuhan masyarakat secara keseluruhannya.

Dari batasan kepemimpinan sebagaimana telah disebutkan di atas seorang dikatakan pemimpin apabila dia mernpunyai pengikut atau bawahan. Bawahan ini dapat disuruh untuk mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Dalam organisasi pemimpin dibagi dalam tiga tingkatan yang tergabung dalam kelompok anggota-anggota manajemen (manajement members). Ketiga tingkatan tersebut adalah :
a. Manager puncak (Top Manager) 
b. Manajer menengah (Middle manager) 
c. Manajer bawahan (Lower managor/suvervisor) 

Seorang pemimpin mempunyai baik ketrampilan manajemen (managerial skill) maupun keterampilan tekhnis (technical skill). Semakin rendah kedudukan seorang tekhnis pemimpin dalam organisasi maka keterampilan lebih menonjol dibandingkan dengan keterampilan manajemen. Hal ini disebabkan karena aktivitas yang bersifat operasional. Semakin tinggi kedudukan seorang pamimpin dalam organisasi maka semakin dituntut dari padanya kemampuan berfikir secara konsepsional strategis dan makro.

Di samping itu perlu dikemukakan bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia semakin genoralist, sedang semakin rendah kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia menjadi spesialist. Dari uraian di atas jelaslah bahwa lebih mudah mengukur produktivitas pemimpin yang lebih rendah.